KUNCI JAWABAN UN BOCOR

LAGI RAME RAMENYA NIH 

UN Curang, Kepsek Dilaporkan 'Main Mata' dengan Aparat

Senin, 23 April 2012, 15:00 WIB
UN Curang, Kepsek Dilaporkan 'Main Mata' dengan Aparat
Aksi mencontek massal terjadi dalam ujian nasional

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Posko Pengaduan Ujian Nasional Pusat Informasi dan Humas Kemendikbud mengaku akan mengklarifikasi delapan laporan praktik kecurangan selama Ujian Nasional SMP 2012. Diantaranya laporan terkait praktik mafia UN yang bekerjasama dengan aparat Polsek setempat.
"Laporan itu menyebutkan ada kepala sekolah yang bekerjasama dengan aparat yang bertugas," ungkap Kepala Posko, Setiono, Senin (23/4). Laporan yang sampai ke posko itu menunjuk ke salah stau SMPN  di Seunagan Raya, Aceh.
Tidak hanya itu, di SMPN1 Marabahan Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, terjadi jual beli kunci jawaban UN. Siswa sekolah tersebut mencontek dengan cara kunci jawaban disimpan di kaos kaki.
Laporan menyebutkan kunci jawaban dibeli siswa dari Banjarmasin seharga Rp 1,5 Juta per 4 hingga 5 paket mata pelajaran. "Ini dilaporkan oleh siswa," ungkapnya.
Laporan dugaan kecurangan juga terjadi di Surabaya dan Indramayu. Seorang wali murid di SMP Trisila, Surabaya, diminta membayar Rp 100 Ribu yang diduga untuk membeli jawaban Unas. "Tolong pak jangan biarkan orang-orang yang tidak bertanggungjawab merusak generasi muda dengan cara curang," tutur si pelapor.
Sementara di SMP 1 Gabuswetan Indramayu sektor 4 terdapat laporan yang menyebutkan kunci jawaban UN telah bocor. Bahkan, laporan itu mengungkapkan kalau para siswa sudah mengerjakan kunci jawaban untuk soal UN keesokan harinya. Begitu pula di Sumbawa. Terdapat laporan yang menyebutkan kalau sejak Sabtu 21 April 2012 sudah beredar SMS yang berisi jawaban UN SMP.
Setiono menjelaskan kalau laporan tersebut akan diicek dan ricek tim inspektorat jendral kementerian pendidikan dan kebudayaan. Jika terbukti, ungkap Setiono, tim akan memberikan sanksi kepada pihak-pihak yang terlibat.
Menurutnya,  dari 225 laporan yang diterima posko,  memang hanya delapan laporan tersebut yang layak diklarifikasi. Pasalnya, tutur Setiono, laporan itu menyebut secara detil identitas pelapor, nomor kontak yang bisa dihubungi, dan alamat sekolah tempat terjadinya kecurangan.
Redaktur: Yudha Manggala P Putra
Reporter: A.Syalaby Ichsan
 
SUMBER : REPUBLIKA JAKARTA

Komentar